Tren warna rambut selalu baru. Namun masih banyak perempuan meragu mewarnai rambutnya karena khawatir zat kimia pewarna rambut bisa merusak kesehatan rambut dan kulit kepala. Alhasil, meski tren warna begitu menggoda, keinginan untuk mengaplikasikan ragam warna, gaya atau sentuhan highlight rambut tetap terpendam.
Menurut Osmond Kitrana, Brand Manager Johnny Andrean, pewarnaan rambut, umumnya, tak bisa menghindari dari aplikasi zat kimia. Namun, pilihan pewarna rambut dan teknik pewarnaan rambut yang tepat, bisa mengurangi risiko kerusakan rambut akibat pewarnaan. Perawatan tepat untuk rambut yang diwarnai juga punya andil penting agar rambut tetap sehat.
“Pewarnaan rambut kebanyakan menggunakan zat kimia. Karenanya dibutuhkan terapi mingguan dan harian sebagai solusi untuk rambut yang diwarnai. Terapi di salon untuk rambut yang diwarnai bisa mengurangi risiko kerusakan. Selain juga di rumah dengan penggunaan sampo dan pelembab rambut yang tepat, khusus rambut yang diwarnai,” jelas Osmond seusai peluncuran tren warna rambut K-Pop Color Johnny Andrean di Grand Indonesia, Jakarta, Selasa (3/5/2011) lalu.
Terapi rambut yang diwarnai serupa dengan hair spa di salon. Khusus untuk rambut yang diwarnai, sebaiknya terapi seperti ini dilakukan seminggu sekali di salon dengan bantuan profesional. Perawatan rambut yang diwarnai sebaiknya fokus pada mempertahankan warna rambut, kelembutan dan kelenturannya, serta menjauhkan dari risiko kerusakan.
“Perawatan rambut diwarnai sebaiknya fokus pada penguatan akar rambut, serta batang rambut agar tak mudah rapuh atau rusak. Karena biasanya rambut yang diwarnai, jika tidak dirawat dengan baik, terlihat rusak di ujung rambutnya,” jelas Osmond menyebutkan color therapy treatment series di salonnya menggunakan minyak esensial kembang sepatu untuk perawatan rambut yang diwarnai.
Teknik pewarnaan keliru
Risiko kerusakan rambut yang diwarnai juga bisa dicegah dengan pemilihan teknik pewarnaan. Biasanya, kata Osmond, proses bleaching yang berlebihan menyebabkan kerusakan rambut diwarnai. Untuk beberapa kasus, tambahnya, proses bleaching sebenarnya tidak perlu dilakukan. “Namun kesalahan yang terjadi, proses bleaching tetap dilakukan meski sebenarnya tidak perlu. Misalnya pada rambut yang sebelumnya pernah diwarnai,” jelasnya.
Pemilihan produk bleaching juga penting. Saat ini sudah banyak produk bleaching yang mengandung pelembab sehingga tak membuat rambut kasar. “Biasanya bleaching diaplikasikan pada rambut agar pewarnaan lebih meresap dan melekat padat. Namun bleaching berlebihan atau yang tidak perlu justru akan merusak rambut. Solusinya, agar warna rambut tetap meresap tanpa bleaching adalah dengan toning.
Aturan lain yang kerapkali dilanggar adalah waktu pewarnaan. Rambut rusak karena pewarnaan disebabkan karena melanggar aturan waktu mewarnai rambut. “Berikan jeda waktu 1,5 bulan untuk pewarnaan rambut setelah bonding. Jangan langsung coloring setelah bonding agar rambut tidak patah, kering dan rusak,” tutup Osmond.
Sumber : Kompas